Model blended learning mampu meningkatkan fleksibilitas dan individualisasi pengalaman belajar pelajar atau mahasiswa, tetapi juga memungkinkan pengajar untuk mengefektifkan waktu yang mereka habiskan sebagai fasilitator pembelajaran. Ada berbagai model blended learning yang telah dikembangkan. Sebagian juga menyebutkan model ini juga sama dengan jenis-jenis blended learning. Berikut ini beberapa model blended learning yang sudah diterapkan oleh berbagai lembaga pendidikan di berbagai belahan dunia.
1. Station Rotation Blended Learning
Station-Rotation blended learning adalah menggabungkan ketiga stasiun atau spot dalam satu jam tatap muka dibagi menjadi tiga. Misalkan satu tatap muka terdiri atas 90 menit, maka waktu tatap muka 90 menit itu dibagi tiga waktu untuk masing-masing tahapan dalam spot yang berbeda yaitu 30 menit. ketiga spot tersebut terdiri atas online instruction, Teacher-led instruction, dan Collaborative activities and stations.
2. Lab Rotation Blended Learning
Model Lab Rotation Blended Learning mirip dengan Station Rotation, yaitu memungkinkan siswa mempunyai kesempatan untuk memutar stasiun melalui jadwal yang telah ditetapkan namun dilakukan menggunakan laboratorium komputer khusus yang memungkinkan dilakukan pengaturan jadwal yang fleksibel dengan dosen. Dengan demikian diperlukan laboratorium komputer.
3. Remote Blended Learning atau Enriched Virtual
Dalam pembelajaran Remote Blended Learning, fokus siswa adalah menyelesaikan pembelajaran online, mereka melakukan pembelajaran tatap muka dengan guru hanya sesekali sesuai kebutuhan.
Pendekatan ini berbeda dari model Flipped Classroom dalam keseimbangan waktu pengajaran tatap muka online. Dalam model pembelajaran Remote Blended Learning, siswa tidak akan belajar secara tatap muka dengan dosen setiap hari, tetapi dalam pengaturan flipped. Siswa menyelesaikan tujuan pembelajaran secara individu.
4. Flex Blended Learning
Flex termasuk dalam jenis model Blended Learning di mana pembelajaran online adalah inti atau tulang punggung pembelajaran siswa, namun masih didukung oleh aktivitas pembelajaran offline. Para pelajar melanjutkan pembelajaran yang dimulai di dalam kelas dengan jadwal yang fleksibel yang disesuaikan secara individual dalam berbagai modalitas pembelajaran. Sebagian besar siswa masih belajar di sekolah, kecuali untuk pekerjaan rumah. Guru memberikan dukungan pembelajaran tatap muka secara fleksibel dan adaptif sesuai kebutuhan melalui kegiatan seperti pengajaran kelompok kecil, proyek kelompok, dan bimbingan pribadi.
5. The ‘Flipped Classroom’ Blended Learning
Blended learning versi Flipped Classroom ini merupakan versi yang paling banyak dikenal. Flipped Classroom dimulai dari pembelajaran siswa yang dilakukan secara online di luar kelas atau di rumah dengan konten-konten yang sudah disediakan sebelumnya. Setelah melakukan proses pembelajaran online di luar kampus mahasiswa kemudian memperdalam dan berlatih memecahkan soal-soal di sekolah bersama guru dan teman kelas. Dengan demikian bisa dianggap peran pembelajaran tradisional di kelas menjadi “terbalik”.Pada dasarnya pembelajaran ini masih mempertahankan format pembelajaran tardisional namun dijalankan dengan konteks yang baru.
6. Individual Rotation Blended Learning
Model Individual Rotation memungkinkan siswa untuk memutar melalui stasiun-stasiun, tetapi sesuai jadwal individu yang ditetapkan oleh dosen atau oleh algoritma perangkat lunak. Tidak seperti model rotasi lainnya, mahasiswa tidak perlu berputar ke setiap stasiun; mereka hanya berputar ke aktivitas yang dijadwalkan pada daftar putar mereka.
7. Project-Based Blended Learning
Project-Based Blended Learning merupakan model pembelajaran di mana siswa menggunakan pembelajaran online maupun pengajaran tatap muka dan kolaborasi untuk merancang, mengulang, dan menyelasiakn tugas pembelajaran berbasis proyek atau produk tertentu. Pembelajaran online bisa berbentuk pembelajaran online dengan bentuk atau materi yang sudah disiapkan atau akses mandiri pada sumber-sumber belajar yang dibutuhkan. Karakteristik utama dalam pembelajaran ini ada penggunaan sumberdaya online untuk mendukung pembelajaran berbasis proyek.
8. Self-Directed Blended Learning
Dalam Self-Directed Blended Learning, siswa menjalankan kombinasi pembelajaran online dan tatap muka dalam pembelajaran inkuiri dan pencapaian tujuan pembelajaran formal. Mereka terhubung dengan dosen secara fisik dan digital. Karena pembelajaran diarahkan sendiri, maka peran pembelajaran online dan guru berubah, dan tidak ada pertemuan/pembelajaran online formal yang harus diselesaikan.
Salah satu hal yang menjadi tantangan guru dalam pembelajaran ini adalah bagaimana ia menilai pembelajaran dan keberhasilan pengalaman belajar siswa tanpa menghilangkan autentifikasi. Sedangkan tantangan bagi siswa adalah bagaimana mencari model produk, proses, dan potensi yang dapat mendorong mereka untuk konsisen dalam belajar. Selain itu siswa harus memahami apa yang berhasil dan mengapa, dan untuk membuat penyesuaian yang sesuai atas kondisi yang tidak sesuai dengan harapan atau kondisi ideal. Beberapa siswa tidak membutuhkan bimbingan, sementara yang lain membutuhkan dukungan melalui jalur yang sangat jelas sehingga mereka dapat menjalankan pembelajaran mereka mereka sendiri secara otonom.
9. Blended Learning Inside-Out
Dalam blended learning Inside-Out, pembelajaran dirancang akan selesai atau berakhir di luar kelas, dengan memadukan kelebihan-kelebihan tatap muka fisik dan digital. Namun dalam model luar-dalam dan dalam-luar, masih menonjolkan pembelajaran di kelas, sedangkan pembelajaran online berfungsi sebagai penguat. Komponen pembelajaran online dapat berupa inkuiri mandiri atau eLearning formal. Bila dilihat dari pola pembelajarannya maka blended learning berbasis proyek merupakan salah satu contoh yang sangat baik dari model inside-out. Sama halnya dengan outside-in, model ini masih membutuhkan untuk bimbingan ahli, umpan balik pembelajaran, pengajaran konten, dan dukungan psikologis dan moral dari interaksi tatap muka setiap hari.
10. Outside-In Blended Learning
Dalam pembelajaran Outside-In Blended Learning, pembelajaran diawali dari lingkungan fisik dan digital non-akademik yang biasa digunakan siswa setiap hari yang kemudian diakhiri di dalam ruang kelas. Dengan demikian pembelajaran di dalam kelas akan lebih dalam dan kaya. Kelas tatap muka berpeluang menjadi ajang berbagi, berkreasi, berkolaborasi, dan saling memberi umpan balik yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran siswa. Bila dirancang dengan baik, masing-masing “area” pembelajaran dapat memainkan peran penting dari kekuatannya masing-masing yang saling melengkapi. Polanya pembelajaran ini tetap masih kebutuhan bimbingan, pengajaran, dan dukungan dari interaksi tatap muka setiap hari.
11. Supplemental Blended Learning
Dalam model ini, mahasiswa menyelesaikan pembelajaran online sepenuhnya untuk melengkapi pembelajaran tatap muka mereka, atau pembelajaran tatap muka sepenuhnya untuk melengkapi pembelajaran yang diperoleh secara daring. Gagasan besar di sini adalah “pelengkap”. Pencapaian tujuan pembelajaran pada intinya dipenuhi sepenuhnya dalam satu “ruang” (tatap muka atau online) sementara “ruang” lainnya memberikan pengalaman tambahan yang spesifik bagi mahasiswa. Pengalaman tambahan ini tidak akan mereka dapatkan bila hanya menggunakan satu “ruang” saja.
12. Mastery-Based Blended Learning
Pada model Mastery-Based Blended Learning siswa melakukan pembelajaran online dan pembelajaran tatap muka secara bergiliran. Penyelesaian tujuan pembelajaran berbasis penguasaan. Desain dan proporsi pembelajaran online dan tatap muka dibangun atas dasar penguasaan kompetensi tertentu. Desain asesmen sangat penting dalam setiap pengalaman pembelajaran berbasis penguasaan. Kemampuan untuk menggunakan alat asesmen tatap muka dan digital cukup rumit tergantung pada pola pikir perancang pembelajaran.
Sumber : https://www.teachthought.com/learning/12-types-of-blended-learning/